STRUKTUR PASAR EKONOMI MIKRO
MAKALAH
EKONOMI MIKRO ISLAM
“STRUKTUR
PASAR DAN PERSAINGAN HARGA”
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro Islam Islam
Dosen Pengampu :
Saifudin Zuhri, M.Si.
Disusun Oleh:
1.
Khafsatun
Nikmah (63020160108)
2.
Eko
Kristiadi (63020160109)
3.
Puteri
Azizah (63020160110)
4.
Aji
Santosa (63020160116)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
pertolongan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Ekonomi Mikro Islam yang bertema, tentang “Struktur Pasar
dan Persaingan Harga“ dengan lancar tanpa ada suatu halangan
apapun. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan,
dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenan itu tidaklah berlebihan
apabila pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Saifudin
Zuhri, M.Si selaku guru pembimbing mata kuliah
2. Kepada
teman-teman yang telah bekerja sama
Penulis menyadari
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan yang harus dibenahi.
Untuk itu saran dan
kritik dari berbagai pihak sangat kami butuhkan. Agar kami dapat memperbaiki
kekurangan yang ada dalam laporan yang kami buat ini.sebagai bahan dan
karya-karya kami selanjutnya.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekonomi islam adalah ekonomi yang sewajibnya dijalankan oleh kaum
muslimin. Landasan yang digunakan dalam ekonomi islam adalah AlQuran dan
Sunnah. Sejatinya apabila kaum muslimin menerapkan ekonomi islam dalam setiap
perniagaan mereka, Allah akan menjamin setiap hasil yang mereka peroleh berkah
dan bermanfaat. Ada berbagai instrument yang diatur dalam ekonomi islam salah
satunya adalah pasar.
Struktur pasar dalam Islam adalah dalam Islam menggambarkan jumlah pelaku
dalam pasar, sekaligus menggambarkan tingkat kompetensi yang terjadi dalam
suatu pasar. Struktur pasar berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli. Secara
mudah dikatakan pasar yang terdiri dari banyaknya penjual dengan barang yang
relative homogeny disebut pasar persaingan sempurna sedangkan pasar yang
terdiri dari banyak penjual dan barangnya berbeda disebut pasar monopolistik.
Pasar yang hanya ada satu penjual disebut pasar monopoli, pasar yang ada
beberapa penjual disebut pasar oligopoli.
Yang masih menjadi permasalahan adalah penerapan system ekonomi islam
terkhusus di dalam pasar. Kaum muslimin sendiri anehnya masi awam dengan system
yang ditawarkan oleh Allah Azza Wa Jalla, kaum muslimin masih banyak yang
memakai system konvensional. Padahal system ekonomi islam merupakan system yang
diciptakan oleh Allah. Hal itu disebabkan karena, minimnya ilmu mereka terhadap
dien islam.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang harus
dipecahkan, antara lain :
1.
Apa
yang dimaksud dengan struktur pasar?
2.
Apa saja
macam-macam struktur pasar?
C. TUJUAN
Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang harus dicapai,
antara lain :
1.
Untuk
mengetahui pengertian struktur pasar.
2.
Untuk
mengetahui macam-macam struktur pasar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. STRUKTUR PASAR
Struktur pasar
dibedakan berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli. Secara mudah dikatakan
pasar yang terdiri dari banyak penjual dengan barang relatif homogen disebut
pasar persaingan sempurna (perfect competition). Sedangkan pasar yang
terdiri dari banyak penjual dan barang yang berbeda satu sama lain
(terdiferensiasi) disebut pasar persaingan monopolistik (monopolistic
competition). Pasar yang hanya ada satu penjual disebut pasar monopoli. Pasar
yang ada beberapa penjual disebut pasar oligopoli.
Secara lebih
rinci jenis-jenis pasar tersebut akan dibahas lebih lanjut. Dalam penerapannya
seringkali timbul pertanyaan banyak penjual sehingga suatu pasar disebut pasar
yang bersaing sempurna. Sehingga terdifferensiasi barang yang diual sehingga
disebut pasar bersaing monopolistic. Apa batasan “beberapa penjual” dalam
definisi pasar oligopoly. Apakah pasar yang terdiri dari beberapa penjual,
namun hanya satu penjual dominan yang menguasai 95% pangsa pasar, dapat
dikatakan pasar monopoli atau pasar oliopoli?
Secara teknis,
alat ukur yang dipakai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah
rasio penguasaan pangsa pasar atau sering disebut juga consentration ratio
(CR). Biasanya pangsa pasar empat perusahaan terbesar dijumlahkan kemudian
dihitung presentasinya terhadap total pasar, ini disebut 4-firm CR. Bila pansa
pasar delapan perusahaan terbesar terhadap total pasar disebut 8-firm CR.
Secara umum disebut N-firm CR, dimana N adalah jumlah perusahaan terbesar yang
dihitung pangsa pasarnya :
N-firm CR = (Pangsa pasar
N-perusahaan terbesar/Total Pasar) x 100%
Kelemahan dari
metode ini adalah tidak dapat menggambarkan perubahan pangsa pasar dari
asing-masing perusahaan. Misalnya pangsa pasar empat perusahaan terbesar adalah
20%, dimana pangsa pasar masing-masing perusahaan adalah 10%, 5%, 3%, 2%.
Sekarang katakanlah pangsa pasar perusahaan terbesar naik menjadi 12% dan
pangsa perusahaan kedua turun menjadi 3%, sehingga komposisinya menjadi 12%,
3%, 3%, 2%. Padahal CR tetap saja 20%. Kelemahan ini mendorong Herfindahl
mengembangkan alat ukur lain yang disebut Herfindahl Index.
Herfindahl
Index menghitung jumlah kuadrat pangsa pasar. Misalkan suatu pasar yang terdiri
dari dua penjual dengan pangsa pasar masing-masing 50%. Herfindahl Index adalah
(0,5)2 + (0,5)2 = 0,5. Secara matematis ditulis :
Herfindahl
Index = I (Pangsa pasar masing-masing perusahaan ke-i)2
Dibandingkan
dengan metode CR, metode ini dapat menggambarkan perubahan yang terjadi di
masing-masing perusahaan. Kita coba dengan angka yang sama. Misalnya pangsa
pasar empat perusahaan terbesar adalah 20%, di mana pangsa pasar masing-masing
perusahaan adalah 10%, 5%, 3%, 2%. Sekarang katakanlah pangsa perusahaan
terbesar naik menjadi 12% dan pangsa perusahaan kedua turun menjadi 3%,
sehingga komposisinya adalah menjadi 12%, 3%, 3%, 2%. Katakanlah 80% pangsa
pasar sisanya dikuaai oleh 80 perusahaan masing-masing 1%.
Herfindahl
Index – 1 = (0,1)2 + (0,05)2 + (0.03)2 + (80 x
(0.01)2) = 0,0218
Herfindahl
Index – 2 = (0,12)2 + (0,03)2 + (0,03)2 +
(0,02)2 + (80 x (0,01)2) = 0,0246
Dengan alat ukur ini, kita kan lebih mudah mendefinisikan jenis-jenis
pasar, Besanko (et. al) menawarkan definisi berikut ini sebagai gambaran, bukan
sebagai definisi kaku :
Jenis
Pasar
|
Herfindahl
Index
|
Intensitas
Persaingan Harga
|
Perfect
Competition
|
Biasanya
di bawah 0,2
|
Persaingan
tajam
|
Monopolistic
Competition
|
Biasanya
di bawah 0,2
|
Persaingan
dapat tajam, dapat pula tidak tergantung pada diferensiasi produk
|
Oligopoly
|
0,2
sampai 0,6
|
Persaingan
dapat tajam, dapat pula tidak tergantung pada persaingan antar perusahaan
|
Monopoly
|
0,6
ke atas
|
Biasanya
persaingan rendah, kecuali terancam dengan masuknya pemain baru
|
B. MACAM – MACAM STRUKTUR PASAR
1. Struktur Pasar Persaingan Sempurna
Dalam pasar bersaing sempurna,
secara teoritis penjual tidak dapat menentukan harga atau price taker,
dimana penjual akan menjual barangnya sesuai harga yang berlaku di pasar. Dalam
kenyataannya, pasar bersaing sempurna juga memiliki derajat yang berbeda-beda.
Derajat yang paling ekstrem memang penjual tidak dapat menentukan harga sama
sekali. Derajat akan semakin mendekati instrumen bila hal-hal terpenuhi :
·
Ada banyak penjual
·
Pembeli memandang
barang sama saja (homogen, tidak terdiferensiasi)
·
Ada kelebihan kapasitas
produksi
Semakin banyak penjual berarti
semakin banyak pilihan pembeli. Penjual yang harganya lebih tinggi tentu akan ditinggalkan
pembeli, hal inilah yang mendorong penjual untuk mengikuti saja harga yang
berlaku dipasar (price taker).
Semakin homogen barang yang dijual
berarti pembeli semakin tidak memiliki intensif mencari barang di penjual lain.
Hal inilah yang mendorong penjual untuk
menjual barangnya sama dengan harga yang berlaku dipasar. Tidak ada alasan bagi
pembeli untuk membayar lebih untuk barang yang sama.
Semakin banyak kelebihan kapasitas
produksi berarti setiap kenaikan permintaan dapat dipenuhi tanpa membuat
harga-harga naik. Hal inilah yang menahan penjual untuk tidak menaikkan
harganya meskipun ada kenaikan permintaan bila ia menaikkan harganya, pembeli
akan membelinya dari penjual lain yang juga memiliki kelebihan kapasitas.
Grafik 2.1.
Kurva Demand Pasar Persaingan Sempurna
Secara
grafis, kurva permintaan digambarkan
dengan garis horizontal, atau disebut elastis sempurna, bila penjual menjual
dengan diatas harga pasar kuantitas permintaan nihil (Qd = 0), bila pembeli
ingin membeli dengan harga dibawah harga pasar, penjual tidak mau menjual (Qd =
0) karena ia dapat menjualnya dengan harga yang lebih baik yaitu pada harga
pasarnya.
Titik
optimal penjual terjadi ketika MC = MR, karena bentuk kurva permintaan D berupa
garis horizontal, maka kurva permintaan D berhimpit dengan kurva marginal
revenue MR, dan dengan kurva average revenue AR. Sedangkan kurva
penawaran S adalah juga kurva MC. Keseimbangan terjadi pada titik (
,
), yaitu ketika kurva MC bertemu kurva MR
, dalam hal ini ketika S = D
2. Struktur Pasar Monopolistik
Bila salah satu
asumsi pasar persaingan sempurna dilepaskan, dalam hal ini asumsi tentang
barang yang homogen maka kita akan mendapatkan jenis pasar lain yaitu pasar
monopolistik. Terdiferensiasinya produk yang dijual memberikan peluang bagi
penjual untuk menjual barangnya dengan harga yang berbeda (price maker) dengan
barang lain yang ada di pasar.
Secara lebih
formal, Edward Chamberlin memperkenalkan istilah monopolistic competition di tahun 1933 dengan karakteristik sebagai
berikut :
a.
Ada
banyak penjual. Setiap penjual menganggap tindakan yang diambilnya tidak akan
secara signifikan mempengaruhi penjual lainnya. Misalnya penjual menurunkan
harga baju dagangannya, tidak serta merta penjual lainakan bereaksi dengan
menyesuaikan harga baju dagangannya.
b.
Setiap
penjual menjual produk yang terdiferensiasi. Produk A dikatakan berbeda dengan
produk B bila dengan harga yang sama, ada sebagian pembeli yang lebih menyukai
produk A, da nada sebagian yang lain yang lebih menyukai produk B. diferensiasi
ini dapat berupa vertical differentiation,
misalnya keunikan produk pasta gigi merek tertentu terhadap merek lain.
Sebagian pembeli lebih menyukai merek A, sebagian yang lain lebih menyukai
merek B. Diferensiasi dapat pula berupa horizontal
differentiation, misalnya keunikan lokasi toko tertentu. Sebagian pembeli
lebih menyukai toko A karena lebih mudah dicapai dari tempat mereka, sebagian
lain lebih menyukai toko B karena lebih mudah dicapai dari tempat mereka yang
lain.
Titik optimal penjual negatif ketika MC = MR. Karena bentuk kurva
permintaan D berupa garis slope negatif
(dari kanan atas ke kiri bawah), maka kurva permintaan D tidak berhimpit
dengan kurva marginal revenue MR. Slope negatif kurva permintaan D tidak
curam bahkan relative landai. Hal ini menunjukkan kurva permintaan D relative elastis,
karena banyak penjua yang menjual barang yang mirip (close substitute).
Jadi slope negatif disebabkan barang yang terdiferensiasi, sedangkan bentuknya
yang landau disebabkan banyak barang yang mirip di pasar.
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
|
1 2
3 4
5
6
7
8
9 10
11
|
D=AR
MR
|
Quantity
|
price
|
Grafik
2.2. Kurva
Demand Pasar Bersaing Monopolistik
Sedangkan kurva penawaran S adalah juga kurva MC. Keseimbangan
terjadi pada titik (p*, q*), yaitu ketika kurva MC bertemu dengan kurva MR.
Kurva AR berhimpit dengan kurva D, karena :
TR = p x q
AR = (p x q) / q = p = D
Pada titik keseimbangan harga (p) lebih besar daripada marginal
cost (AR = p > MC). Karena harga lebih tinggi dari marginal cost,
maka penjual baru akan masuk ke dalam industri dan menawarkan barang yang
mirip. Masuknya penjual baru ini akan menekan kuantitas penjualan per individu
penjual, sehingga menekan economic profit per individu. Economic
profit adalah selisih antara harga dengan average cost. Penjual baru
akan terus tertarik masuk ke pasar selama economic profit masih positif.
Penjual baru akan berhenti masuk ke pasar bila economic profit telah
nihil.
|
Sebelum Ada Penjual Baru
|
Setelah Ada Penjual Baru
|
Jumlah penjual
|
10
|
20
|
Fixed Cost per penjual
|
Rp 120
|
Rp 120
|
Marginal Cost
|
Rp 10
|
Rp10
|
Harga
|
Rp 20
|
Rp 20
|
Kuantitas permintaan
|
240 unit
|
240 unit
|
Penjualan per Penjual
|
24 unit
|
12 unit
|
Profit per penjual
|
Rp 120
|
0
|
3. Struktur Pasar Monopoli (Ikhtikar)
Monopoli secara harfiah berarti di
pasar hanya ada satu penjual. Frank Fisher menjelaskan kekuatan monopoli
sebagai “the ability to act in unconstrained way” (kemampuan bertindak
[dalam menentukan harga] dengan caranya sendiri), sedangkan Besanko (et.al)
menjelaskan monopoli sebagai penjual yang menghadapi “little or no competition”.
Dalam Islam keberadaan satu penjual
pasar, atau tidak pesaing, atau kecilnya persaingan di pasar, bukanlah suatu
hal yang terlarang. Siapapun boleh berdagang tanpa peduli apakah dia
satu-satunya penjual atau ada penjual lain. Jadi monopoli dalam artian harfiah,
boleh-boleh saja. Akan tetapi siapapun dia tidak boleh melakukan ihtikar.
Ihtikar
adalah mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dengan cara menjual lebi sedikit barang untuk harga yang
lebih tinggi Abu Hurairah r.a meriwayatkan hadits Rasulullah sebagai berikut:
“Barangsiapa
yang melakukan ihtikar untuk merusak harga pasar sehingga harga naik secara
tajam, maka ia berdosa.” (Riwayat Ibnu Majah dan
Amad)
Di zaman Rasulullah, salah satu
cara melakukan ihtikar adalah dengan
cara menimbun agar harga naik akibat kelangkaan tersebut. Secara lebih spesifik
mazhab Syafii dan Hanbali mendefinisikan
ihtikar sebagai:
“Menimbun barang yang telah dibeli
pada saat harga bergejolak tinggi untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi
pada saat dibutuhkan oleh penduduk setempat atau lainnya.”
Titik optimal penjual terjadi
ketika MC = MR. Karena bentuk kurva permintaan D berupa garis slope negatif (dari kanan atas ke kiri
bawah), maka kurva permintaan D tidak berhimpit dengan kurva marginal revenue MR.
Berbeda dengan Monopolistic Competition yang slope-nya
landai, kurva permintaan D pada pasar monopoli bentuknya curam. Secara
matematis dapat dikatakan MR = Ω AR. Katakanlah kurva permintaan D adalah:
Permintaan D : P = a – bQ →
slope = −b
Total
Revenue : TR =
P × Q
Average Revenue :
AR = aQ – bQ2
= a – bQ → slope = −b
Marginal Revenue :
MR = d(PQ)/dQ
=
a – 2bQ → slope= −2b
Jadi kurva D berimpit dengan kurva
AR, sedangkan kurva MR = ΩAR
Untuk lebih jelasnya, katakanlah
kurva permintaan D: P = 6 – Q. Harga, kuantitas, total revenue, marginal revenue dan average revenue adalah sebagai berikut:
Harga (P)
Rupiah
|
Kuantitas
(Q)
|
Total
Revenue
(TR)
|
Marginal
Revenue
(MR)
|
Average
Revenue
(AR)
|
6000
|
0
|
0
|
-
|
-
|
5000
|
1
|
5000
|
5000
|
5000
|
4000
|
2
|
8000
|
3000
|
4000
|
3000
|
3
|
9000
|
1000
|
3000
|
2000
|
4
|
8000
|
-1000
|
2000
|
1000
|
5
|
5000
|
-3000
|
1000
|
Hal ini menunjukkan kurva
permintaan D yang tidak elastis, karena sangat sedikit penjual yang menjual
barang yang mirip (close substitute),
atau bahkan tidak ada penjual barang yang mirip. Posisi ini yang memberikan
kekuatan bagi penjual di pasar monopoli untuk menentukan harga (price maker). Jadi slope negatif disebabkan barang yang terdiferensiasi, sedangkan
bentuknya yang curam disebabkan tidak adanya atau sangat sedikit barang yang
mirip di pasar (Adiwarman, 2007:173-175)
4. Struktur Pasar Oligopoli
Secara harfiah
oligopoli berarti ada beberapa penjual di pasar. Boleh dikatakan oligopoli
merupakan pertengahan dari monopoli dan monopolistic
competition. Dalam monopoli, penjual dapat menentukan harga tanpa harus
khawatir reaksi penjual lain. Dalam monopolistic
competition, penjual hanya dapat menentukan harga pada kisaran tertentu
karena bila ia menjual di luar kisaran tersebut, penjual lain yang menjual
barang mirip akan merebut pelangganya.
Dalam pasar
oligopoli di mana ada sedikit penjual yang menjual barang yang sama, maka aksi
penjual harus memperhatikan reaksi penjual lain. Ada dua aksi yang dapat
diambil penjual yaitu :
a.
Menentukan
berapa kuantitas yang akan diproduksinya. Model yang menjelaskan hal ini
adalah Cournot Quantity Competition.
b.
Menentukan
berapa harga yang akan ditawarannya. Model yang menjelaskan hal ini adalah Bertrand
Price Competition.
1)
Model
Cournot
Cournot
mengembangkan model ini pada tahun 1835 dengan asumsi hanya ada dua penjual
barang yang sama. Katakanlah di pasar hanya ada dua penjual air mineral, Aqua
(perusahaan 1) dan Ades (perusahaan 2). Kedua perusahaan memproduksi produk
yang identik, sehingga mereka terdorong untuk menawarkan harga yang sama. Dalam
model Cournot, pilihan bagi Aqua dan Ades adalah menentukan berapa banyak
kuantitas yang akan diproduksi Aqua (Q1) dan Ades (Q2).
Setelah mereka menentukan berapa banyak Q1 dan Q2, mereka
akan menentukan harga yang dapat diterima pasar sehingga seluruh produksi (Q1
+ Q2) habis diserap pasar.
Katakanlah
fungsi total biaya masing- masing sebagai berikut :
Aqua : TC1 = 10Q1
Ades : TC2 = 10Q2
Katakanlah permintaan D adalah :
P = 100 – Q1
– Q2
Karena
ditentukan ada berapa produksinya (Q1), dengan memperkirakan berapa
tingkat produksi ades (Q2). Demikian sebaliknya, Ades akan
menentukan berapa tingkat produksinya (Q2) dengan memperkirakan
berapa produksi Aqua (Q1).
Keseimbangan
Cournot (P*, Q1*, Q2*) akan terjadi bila :
a.
Aqua
dapat memaksimalkan keuntungan ( π1*)
b.
Seluruh
produksi (Q1* + Q2*) habis terserap pada tingkat harga P*
Aqua akan memperkirakan keuntungannya (π1) dengan
menduga tingkat produksi Ades sebesar Q2d, dimana Q2d
adalah Q2 dugaan :
π1 = revenue – total cost
= P1Q1
– TC1
= (100 – Q1
– Q2d ) Q1 - 10Q1
= 90Q1−
Q12− Q2dQ1
Katakanlah Q2d konstan dan kita cari derivative π1
terhadap Q1 kita dapat:
δπ1/δQ1
= 90 − 2Q1− Q2d
Untuk mencari tingkat keuntungan maksimal Aqua (π1*),
maka derivatifnya harus nol (δπ1/δQ1= 0):
0 = 90 – 2Q1 –Q2d
Berarti keuntungan maksimal Aqua akan terjadi pada saat:
Q1 = 45 – 0,5Q2d → fungsi reaksi Aqua
Tanda negatif dalam fungsi ini (− 0.5Q2d) berarti bila
Aqua memperkirakan Ades akan menaikkan produksinya, maka Aqua akan menurunkan produksinya.
Bila Aqua tetap mempertahankan produksinya, maka ia akan menghadapi harga yang
lebih murah. Jadi daripada harus menerima harga yang lebih rendah, Aqua memilih
untuk memproduksi lebih sedikit dengan harga yang lebih tinggi.
Dengan cara yang sama kita dapat merumuskan keuntungan maksimal
Ades akan terjadi pada saat :
Q2 = 45 – 0,5Q1d → fungsi reaksi Ades
Sekarang katakanlah Aqua menduga Ades akan memproduksi Q2
= 50, sehingga Aqua memproduksi Q1 = 20. Bila ternyata dugaan Aqua
meleset, termyata Ades tidak memproduksi Q2 = 50, tapi Q== 30, maka
tingkat produksi Aqua Q1 = 20 tidak akan memberikan keuntungan
maksimal bagi Aqua. Itu sebabnya Aqua akan menaikkan produksinya.
Dalam contoh ini, Aqua akan terus melakukan penyesuaian kunatitas
produksi, sehingga akhirnya berkesimpulan Q1* = Q2* = 30.
Masukkan ke persamaan P = 100 – Q1 – Q2, didapat P* = 40.
Bila angka-angka ini dimasukkan ke dalam persamaan π1 = 90Q1
– Q12 – Q2dQ1, maka didapat π1*
= 900. Dengan cara yang sama didapat π2* = 900.
Sekarang katakanlah, Aqua dan Ades merasa lebih hebat dan berpikir
bila ia memproduksi lebih besar, misalnya Q1 = 40, maka Ades akan
memproduksi lebih sedikit. Begitu pula Ades berpikir bila ia memproduksi Q2
= 40, dugaannya pastilah Aqua yang mengalah memproduksi lebi sedikit.
Jadi katakanlah Q1 = Q2 = 40. Dengan tingkat
total produksi ini (Q1+Q2 = 80), harga akan jatuh,
sehingga kedua perusahaan akan mengurangi produksinya. Katakanla Aqua yang
mengurangi produksinya terlebih dahulu. Mengetahui Ades memproduksi Q2
= 40, Aqua memproduksi Q1 = 25 (gunakkan persamaan Q1 =
45 – 0,5Q2d).
Ketika Ades mengetahui bahwa Aqua hanya memproduksi Q1 =
25, maka Ades menurunkan produksinya menjadi Q2 = 32,5 (gunakkan Q2
= 45 – 0,5Q1d).
Mengetahui Ades memproduksi Q2 = 32,5, maka Aqua
memproduksi 28,75. Begitu seterusnya sehingga mereka mencapai keseimbangan
Cournot Q1* = Q1* = 30.
Awal
Q1
|
Awal
Q2
|
Perusahaan
yang menyesuaikkan produksinya
|
Akhir
Q1
|
Akhir
Q2
|
40
|
40
|
Aqua
|
25
|
40
|
25
|
40
|
Ades
|
25
|
32,5
|
25
|
32,5
|
Aqua
|
28,75
|
32,5
|
28,75
|
32,5
|
Ades
|
28,75
|
30,63
|
28,75
|
30,63
|
Aqua
|
29,69
|
30,63
|
Contoh
numerik dan kedua fungsi tersebut dapat digambarkan secara grafis:
2) Model Bertrand
Model Bertrand dikembangkan oleh Joseph Bertrand pada taun 1883. Dalam
model ini, penjual menentukkan harga untuk memperoleh keuntungan maksimal,
dengan memperhitungkan harga yang ia duga akan ditetapkan oleh pesaingnya.
Dalam model ini, penjual tidak memperhitungkan bahwa pesaingnya akan bereaksi
bila telah mengetahui harganya, jadi setiap penjual mengangap harga pesaingnya
tetap.
Kita gunakan ilustrasi Aqua dan Ades. Ingat bahwa:
Margin Cost MC1 = MC2= = Rp10,-
Permintaan P = 100 – Q1 – Q=
Cournot Equivalent Q1 = Q2 = 30 dan P1 =
P2 = Rp40,-
Sekarang
katakanlah Ades yakin bahwa Aqua akan menjual seharga Rp40,- (P1 =
Rp40,-), sehingga Ades menetapkan harga Rp39,- (P2 = Rp39,-) dengan
harapan dapat merebut seluruh pasar Aqua (Q1 = 0). Masukkan angka
ini ke dalam persamaan:
P = 100
– Q1 – Q2
39 = 100
– 0 – Q2
Q2 =
100 – 39
Q2 =
61
Tentu saja Aqua tidak mau kehilangan pasarnya dan akan menurunkan
harganya misalnya menjadi Rp38,-. Ades juga demikian. Kapan keseimbangan akan
tercapai? Ades dan Aqua akan berhenti menurunkan harga mereka bila harga mereka
sama dengan marginal cost-nya. Bila harga
lebih kecil daripada marginal cost, Ades
dan Aqua tidak rasional untuk memproduksi. Jadi, ekuilibrium terjadi pada saat:
P1 = P2 = MC = Rp10,-
Pada tingkat harga ini, Aqua dan Ades tidak ingin menaikkan harganya
karena siapa yang lebih dahulu menaikkan ahrga akan kehilangan pelanggannya.
Pada tingkat harga ini pula, Aqua dan Ades tidak ingin menurunkan harganya
karena berarti jual rugi (PC < MC). Harga ini disebut Equilibrium Bertrand.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Struktur pasar dibedakan berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli.
Secara mudah dikatakan pasar yang terdiri dari banyak penjual dengan barang
relatif homogen disebut pasar persaingan sempurna (perfect competition). Sedangkan
pasar yang terdiri dari banyak penjual dan barang yang berbeda satu sama lain
(terdiferensiasi) disebut pasar persaingan monopolistik (monopolistic
competition). Pasar yang hanya ada satu penjual disebut pasar monopoli.
Pasar yang ada beberapa penjual disebut pasar oligopoli.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, 2007, Ekonomi Mikro Islam, Ed. Ketiga, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar