SISTEM EKONOMI INDONESIA
Tugas Resume
(Sejarah Ekonomi Indonesia)
BAB 3
Agenda Reformasi :Sebuah Tinjauan Ekonomi Politik (Faisal Basri)
Nama Kelompok :
Aji Santosa (0116)
M. Abdurrohman M.(011
A.
Kerangka
Konseptual
1.
Hakikat
Pembangunan
Hakikat pembangunan adalah membnetuk manusia-manusia atau inidvidu
– individu otonom , yang mengungkinkan mereka bisa mengaktualisasikan segala
potensi terbaik yang dimilkinya secara optimal. Kesejahteraan sosial terwujud
melalui tercapainya kemakmuran ( prosperity) yang berkeadilan (justice).
Demokrasi adalah prasyarat terpenting untuk mewujudkan kesejahteraan sosial
yang berkeadilan. Format baru pembangunan ekonomi indonesia mendatang tidak
boleh lagi memisahkan diantara keduanya, melainkan harus padu (built in) di
dalam strategi dan setiap kebijakan pembangunan. Pengejawantahannya tercermin dari
trilogi pembangunan (pertumbuhan ,stabilitas, dan pemerataan). Ketiganya
bercampur baur didalam satu wacana poitik cenderung di kebiri .
Kokohnya
bangunan kemakmkuran ditopang oleh kualitas dari tiga pilar yang melandasinya,
yaitu: pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi. Ketiga faktor ini diramu oleh
pengusaha untuk menggerakan roda produksi .
Sosok
perekonomian dan dinamika pertumbuhan dan dinamika pertumbuhan bisa pula
ditinjau secara sektoral, sebagaimana dapat dapat di telaah dari struktur
produksi suatu perekonomian. Baik struktur produksi maupun komposisi para
aktornya selalu mengalami perubahan, sejalan dengan pergeseran pada komposisi
faktor-faktor produksi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia , perubahan
teknologi.
Peningkatan daya pertumbuhan membutuhkan suatu proses yang kompleks
dan multidimensional. Oleh karena itulah prespektif pengmebangan daya
pertumbuhan selalu ditempatkandalam kerangka jangka panjang.
Pilar
kedua dari kemamkmuran adalah stabilitas ekonomi.
Plar
ketiga yaitu efisiensi, merupakan proses yang menentukan apakah proses
interaksi antara sisi penawaran dan permintaan berlangsung secara optimal. Agar
ketiga pilar tersebut menghasilkan suatu bangunan ekonomi yang kokoh , dibutuhkan
suatu arena kelembagaan (institutional arena) yang memungkinkan seluruh
elemen dari sisi penawaran berinteraksi dalam suatu irama yang harmonis .
Sebelumnya
dikemukakan bahwa kemaakmuran harus seiring dan seirama dengan keadilan.
Terwujudnya keadilan juga ditopang oleh tiga pilar utama, yaitu : kebebasan
individu (Freedom), tertib sosial (social order), dan pemerataan (equity).
2.
Kerapuhan
bangunan ekonomi Indinesia : Sekali lagi, Renunjgan Krisis
Sebagai
negeri yang pernah dijajah ratusan tahun, sosok perekonomian indonesia hingg
kini masih menyisakan ciri-ciri yang masih ditinggalkan oleh masa penjajahan.
Peranan sektor primer atau esktraktif masih saja relatif besar. Oleh karena
itu, wajar saja kalau ada pola ketergantungan center-peripery dalam
struktur perdagangan luar negeri indonesia masih cukup melekat.
Belum sempat melakukan penataan terencana atas
sektor ekstraktif ini, khususnya sektor pertanian, pemerintah orde baru
tampaknya terobsesi untu memacu industrialisasi untuk mengejar ketertinggalannya
dari negara negara tetangga di Asia Timur.
Liberalisasi perbankan dan pasar modal yang terlampau jauh dan tidak di
iringi dengan jaring-jaring pengaman yang memadai di suatu pihak, serta
reformasi disektor real yang tertatih-tatih di lain pihak, mejadi salah satu
penyebab terpenting bagi kemunculan sosok konglomerasi sehingga menyebabkan
struktur perekonomia menjadi sangat rapuh atau tidak memiliki daya saing yang
kokoh. Krisis ekonomi telah memporak-porandakan bangunan ekonomi indonesia.
Maka, tidak mengherankan kalau sosok paling mencolok yang muncul dari krisis
ekonomi indonesia adalah persoalan utang luar negeri atau lebih tepatnya utang
dalam bentuk valuta asing, yang berasal dari lembaga – lembaga keuangan dalam
negeri maupun luar negeri. Patut disayangkan bahwa titik awal penyelesain
krisis bukan di fokuskan pada penyelesaian utang swasta melainkan pada
penghancuran kroni-kroni soeharto. Hal ini tercermin pada isi Lol (Letter Of
Intent) pertama yang sarat dengan agenda penyelesaian yang bersifat nitty-gritty
, teramat spesifik dan rinci sampai mencantumkan nama perusahaan dan
komoditi yang hendak dijadikan target. Kondisi ekonomi dewasa ini sudah berada
pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Untuk memperbaikinya, pilihan-pilihan
instrumen yang tersedia tidak sebanyak ketika menjelang krisis juni 1997.
Tatkala krisis melanda kawasan Asia Tenggara empat tahun yang lalu, latar
belakang hampir semua negara yang didera krisis hampir sama, yakni : nilai mata
uang yang over-valued, defisit transaksi berjalan yang menggelembung,
arus modal yang masuk didominisi oleh modal jangka pendek, struktur perbankan
yang sangat rapuh, utang swasta yang meningkat pesat serta berbagai industri
yang di proteksi oleh pemerintah.
Krisis ekonomi di indonesia dewasa ini yang sementara kalangan
meykini sudah menjelang krisis gelombang kedua- telah beralih dari yang
disebabkan atau dipicu oleh ketidakseimbangan eksternal (neraca pembayaran)
menjadi yang bersosok yang ketidakseimbangan internal (defisist APBN yang relatif
sudah besar dan cenderung terus mengglembung). Bahkan, pembenahan APBN 2001
sudah menjadi persyarat utama untuk menghasilkan kestabilan dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
Indonesia
tidak hanya sedang mengalami proses transisi dari rezim otoriter ke rezim
demokratik, sebagai tahapan awal dari konsolidasi demokrasi melinkan juga
secara bersamaan dengan menapaki peralihan yang sangat signifikan dari sosok
perekonomian yang serba diatur dengan mekanisme perencanaan yang old-fashion
dan sentralistik menuju perekonomian yang lebih berbasis mekanisme pasar,
dengan pendekatan perencanaan yang “longgar” dan terdesentralisasikan.
Kekuasaan
dan pasar memiliki karakteryang serupa. Kekuasaan, melekat pada siapapun,
dimanapun, kapan pun, dan semua tingkatan, cenderung selalu disalahgunakan.
Bukan karena karakternya yang demikian lantas kekuasaan menjadi sesuatu yang
nista, dan oleh karena itu, harus dihindari. Melainkan, karena sadar bahwa
karakter kekuasaan seperti ini maka, kekuasaan harus dibingkai, dipagari,
diawasi, dan dikendalikan dengan aturan serta mekanisme check dan balances yang
sejelas-jelasnya dan seterang terangnya.
B.
REFORMASI
ADALAH KEHARUSAN
1.
Makna
Reformasi
Istilah reformasi mengandung berbagai interpretasi yang sangat
tergantung pada konteksnya. Kalau dikaitkan dengan gerakan keagamaan pada paruh
kedua abad ke – 16, reformasi mengacu pada prosespembaruan gereja Katholik Roma
yang melahirkan Kristen Protestan.
Pengertian
Reformasi dalam konteks mencario jalan keluar dari krisis yang kita hadapi
dewasa ini setidaknya mengandung dua unsur. Pertama, pembaruan karena
sistem yang ada tidak mampu lagi merespon persoalan – persoalan yang muncul
sebagai akibat dari perubahan lingkungan internal dan eksternal. Kedua, perubahan
ke arah yang lebih baik, karena terjadinta kemencengan-kemencengan dari pola
normal atau nilai nilai universal atau hukum alam sebagaimana tercermin dari
berbagai anomali yang kian menjamur di dalam hampir segala aspek kehidupan.
2.
Urgensi
Penguatan Civil Society
Dari uraian tentang konseptual diatas, secara implisit ditunjukkan
bahwa upaya untuk mewujudkan perekonomian yang berkeadilan membutuhkan civil
society. Individu-individu yang otonom sebagai prasyarat utama terbentuknya
landasan civil society baru dapat berkiprah secara optimal seandainya diberikan
akses yang sama dan seluas-luasnya untuk menggapai segala kesempatan yang
tersedia (access of opportunity).
Disadari bahwa pelaku ekonomi (konsumen, pengusaha, dan pemerintah)
tidak memiliki kemampuan yang sama dalam menggapai kesempatan yang tersedia.
Juga tidak memiliki kekuatan yang sama dalam menggapai setiap kesempatan yang
tersedia. Juga tidak memiliki kekuatan yang sama dalam proses interaksi
antaraktor dan intraaktor. Oleh karena itulah, harus ada mekanisme untuk
menjamin terpeliharanya suatu iklim peesaingan dalam kesetaraan.
Peran
civil society kian menjadi bagian yang terintegrasi dalam kehidupan politik dan
ekonomi. Kemajuan teknologi komunikasi yang membawa umat manusia ke era
informasi membuat individu-individu semakin ot onom dalam mengambil keputusan.
C.
DEMOKRASI
SEBAGAI INFRASTUKTUR POLITIK
1.
Sisitem
multipartai: aturan main baru
Yang
palimg mendasar dari perubahan politik di indonesia dewasa ini adalah
pergeseran dari sistem “satu partai” (single party system) menjadi
sistem politik multipartai ( multi-party system). apa yang disebut
sebagai demokrasi pancasila tidak lebih sebagai instrumen deideologisasi massa
dan alat indoktrinasi politik untuk melnggengkan kepentingan penguasa orde aru.
Gerakan
reformasi yang dipelopori oleh kalangan mhasiswa dan dioicu oleh tekanan
mobilitas modal telah membawa perubahan mendasar.
2.
Demokrasi
Tidak Cuma-Cuma
Keadaan
carut marut tidak lantas membawa kita pada penyesalan karena telah memilih
demokrasi untuk meniti masa depan yang lebih memberikan harapan. Demokrasi yang
saya maksudkan tidak berbeda jauh dengan pandangan Anwar Ibrahim yang dikutip
pada awal bab ini, yaitu pada dasarnya sebagai alat untuk mengembalikan
martabat kemanusiaan kita dan memberikan pemenuhan rasa keadila masyarakat.
Secara lebih tegas, Linz dan stepan menyebutnya sebagai konsolidasi demokrasi
usia masa transisi, yaitu secara perilaku politik tidak ada lagi satu kekuatan
pun, termasuk negara yang mampu memaksakan kehendaknya kepihak lain melalui
cara apa pun, dan munculnya sikap bahwa penyelesaian seluruh pertiakain akan
dilakukan melalui cara cara yang demokratis.
3.
Peran
Partai Politik
Peran
partai politik yaitu :
Pertama, mengurangi kesenjangan anatara aspirasi masyarakat dengan aspirasi
partai politik dan para politisinya.
Kedua,
peran partai politik sangat strategis untuk mentransformasikan
dikap dan perilaku masyarakat yang didasarkan pada primordialismme,
sektarianisme, sukuisme, dan berbagai sikap emosional menjadi rasional dan
institusional lewat proses negoisasi politik yang melembaga dan transaparan.
Ketiga,
menempatkan partai politik bukan hanya sebagai mesin pengumpul
suara (alat mobilisasi masa), melainkan juga sebagai alat kontrol sosial dan
politik.
Robert dahl bahkan secara lebih spesifik lagi
mensyaratkan tentang pentignya aturan main yang menjadi kesepakatan bersama
partai partai politik yang akan terlibat dalam proses transisi, yaitu :
1).
Penting sekali menentukan partai apa yang diikutsertakan dalam proses demokrasi
(pemilu), apakah antidemokrasi atau tidak.
2).
Format apa yang dipilih dalam menentukan pembagian kursi dalam wilayah-wilayah
pemilihan, apakah distrik, proporsional, atau gabungan keduanya
3).
Menentukan struktur jabatan yang menjadi tujuan diadakanya pemilu, apakah
parlementer atau presidensil.
4.
Bagaimana
Menyikapi GOLKAR-Orde Baru?
Pertama. Legitimasi para elit partai golkar teramat kerap melakukan
pembelaan diri atas tuntunan pembubaran partai ini dengan mengatakan bahwa
kenyataannya rakyat masih mempercayai mereka, karena menduduki tempat kedua
setelah PDI-P pada pemilu 1999.
Kedua. Bersih diri, banyak kalangan, termasuk pemerhati luar negeri,
sepakat bahwa negeri ini porak-porandakan dan terancam bangkrut karena pengaruh
istilah yang sedemikian tersohornya.
Ketiga. Kebijakan, kesepakatan antara pemerintah dengan IMF sebagaimana
tertuang dalam Lol-sarat dengan upaya penghancuran kroni-kroni soeharto yang
menerima berbagai macam perlindungan dan perlakuan khusus yang nyata-nyata
telah menyengsarakan mayoritas rakyat indonesia.
Keempat. Harga diri, orba telah menjungkirbalikan struktur instensif .
mereka yang berbuat jahat dan menyengsarakan rakyat banyak justru dapat bintang
mahaputra, sebaliknya orang0orang kritis masuk penjara tanpa melalui proses
peradilan.
Kelima. Kesetiaan politik, kini semua koruptor (dalam tanda petik larena
belum terbukti secara hukum) menumpahkan semua kesalahan pada Soeharto. Semua
cuci tanan dan merasa jadi pahlawan, bahakn menganggap dirinya pendekar
reformasi.
Keenam. Wacana dan citra orang-orang bermaslah itu justru yang memperoleh
tempat leluasa dimedia massa, sehingga mereka yang sumber masalah itu menjadi
pencipta opini publik, lalu mendikte kebenaran seenak hatinya.
Ketujuh. Akuntabilitas. Golkar telah menyalahgunakan aset-aset dan dana
publik unutk kepentingan partai.
Kedelapan. Oportunis sejati, sebagian orang-orang Golkar telah merasuk ke
partai-partai lainya maupun mencari perlindungan politik baru.
Kesembilan. Strategi, golkar akan selalu berupaya sekuat tenaga untuk
melindungi kesalahan-kesalahan masa lalunya dengan segala cara lalu kalau bisa
kembali mengambil posisi politik mapan, untuk kemudian mengeru keutungan
politik dan ekonomi baru
5.
Partisipasi
Kita
Tugas kita adalah bagaimana agar suasana hiruk-pikuk dalam proses
transisi ini masaih manageable. Jangan sampai yang muncul nantinya adalah
anarki atas nama demokrasi, hingga pelan-pelan kita jatuh kejurang disintegrasi
bangsa seperti yang di alami eks Uni Soviet dan Yugoslavia. Kalau masih muncul
pekikan Allahu akbar dengan cara mobilisasi masa yng dibayar untuk mendesakkan
runtutan politik tertentu, maka kita selaku elemen demokrasi (politisi,
pengamat, atau jurnalis) hendaknya mengintrospeksi diri tentang seberapa jauh
peranan yang sudah kita jalankan untuk menguranginya.
- PERAN DAN
KOPENTENSI PEMERINTAH
1.
Demokratisasi
dan Reformasi Birokrasi
Salah satu
tonggak bagi tegaknya demokrasi dalam kehidupan politik dan ekonomi adalah
terjaminnya mekasinme pelaksana pemerintahan yang sehat dan bersih , selain itu
tentu saja peran legislative yang kuat sebagai penyeimbangan eksekutif. Di
tengah semaki mengemukannya perana swasta , tidak berarti bahwa peranan
pemerintah semakin tersisih. Justru sebaliknya, peranan pemerintah kia penting
dan strategis , namun arahnya berubah, dari peran sebelumnya sangat besar
secara langsung dalam proses suatu produksi menjadi pencipta iklim yang
kondusif bagi pengoptimalan fungsi dan peranan actor lainnya serta penjamin
terwujudnya keadilan. Pemerintah harus selalu bisa menyingkirkan “kabut” yang
memburamkan visi jamgka panjang klangan pengusaha dan mencairkan lemak-lemak
yang menggerogoti daya beli masyarakat. Dengan cara demikian, sekaligus
pemerintah bisa membentangkan visi pembangunan dan berperan oktimal dalam
mempelancar dan mempercepat proses transformasi yang dituntut lingkungan
internal dan eksternal.
Syarat optimal peran
pemerintah terjaminnya proses pengambilan keputusan. Maka di tuntut peran
birokrasi yang andal, yaitu melakukan reformasi dan restruksisasi administrasi
publik. Sejauh ini, tampaknya pemerintah tidak menempatkan reformasi
administrasi public sebagai salah satu prioritas utama yang mendesak untuk
ditangani. Sehingga fungsi peranan birokrasi kian mengakselerasi. Akibat
selanjutnya adalah semakin tingginya biaya transaksi hingga menggangu pola
keunggulan komparatif, dan konsumenlah yang menanggung beban, kemerosotan daya
saing nasional relatif sebagaimana dilaporkan lembaga riset internasional.
2.
Pemerintah
Tetap Penting
Keberhasilan
pembangunan Negara Asia Timur kerap diasosiasikan dengan kuatnya peran
pemerintah. Tidak seperti di Negara barat yang mengutamakan mekanisme pasar dan
mendudukan pemerintah seminimal mungkin, di Negara Asia Timur peran pemerintah
dan swasta berinteraksi dalam satu lembaga demi terjalinnya kepacuan
pertumbuhan usaha atau industry yang efisien dan berdaya saing.
Tidak sedikita bahwa
ekonom liberal atau neoklasik bersikukuh pendapatnya dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa mengindikasikan keberhasilan Asia Timur dalam era
pertumbuhan tinggi sudah hampir berakhir. Karena topangnya selama ini yaitu
tenaga kerja, sumber daya alam, modal, tidak bisa terus menerus diandalkan.
Namun ada kelemahan mendasar dari studi in, yaitu kangkuhan dalam menggunakan
metodologi dan data lintas Negara yang agregatif. Hampir mustahil untuk
menerima kenyataan hasil studi mereka. Fenomena keberhasilan asia timur
menunjukan bahwa kapitalisme ala barat bukanlah satu-satunya system yang
emnjamin keberhasilan ekonomi. Tolak ukur kebrhasilan bukan semata aspek materi,
melaikan juga pengiatan harkat martabat manusia.
Bagi Indonesia yang belum
memiliki sosok yang jelas, seharusnya bisa lebih banyak belajar dari pengalaman
kebrhasilan dan kegagalan system yang sejauh ini diterapkan. Akan sulit bila
menggunakantekat yang tidak pernah terealisaikan mencari sendiri system yang
superior bagi kita, kecuali bila kita benar-benar mampu menjabarkan sepenuhnya
hukum Ilahiah. Jangan menggunakan ketidakjelasan justru dimanfaatkan untuk
bertindak sesuka hati hingga menjadi ketidak pastian dan hancurnya taat dalam
berbagai aspek kehidupan. Jangan mencampurkan urusan pemerintah dengan
kepentingan pribadi amupun politik elit pengiusaha. Tahap ini harus ada
ketransparansip pemerintah yang baik. Peran pemerintah ini untuk memperkokoh sendi-sendi
bagi tegaknya mekanisme pasar. Penguatan elemen-elemen system harus diuji
ulang, penguatan kelembagaan harus diprioritaskan, pembenahan perangkat hukum
harus serius dilakukan.
3.
KKN,
Biang keladi terjadi dan berlarutnya krisis
Sudah beberapa tahun ini lembaga asing menempatkan Indonesia
sebagia Negara tingkat korupsi paling parah bersama dengan Cina. Tahun 1999
sejumlah pejabat Indonesia di masa Soeharto dan Habibie bereaksi keras atas
penilainnya lembaga asing. Salah satu argument yng disampaikan seoran penjabat
setingkat menteri menepis penilaian buruk tersebutbahwa fakta dengan keberadaan
birokrasi seperti itu pun pertumbuhan ekonomiindonesia tetap tinggi, investasi
asing terusmengalir dan sebagainya.
Dalam artian
terus membiarkan praktik-praktik korupsi tetap berlangsung asalkan pertumbuhan
ekonomi tetap tinggi dan stabil terjamin. Padahal praktik-praktik korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan dari tingkat pemerintah tertinggi hingga yang terendah
begitu terbuka dan terang-terangan perangkat hukum tidak lagi digunakan sebagai
jaring-jaring pengaman melainkan justru sebaliknya. Kini kekuasaan nyata nyata
telah menjelma menjadi sumber kesimpangsiuran nilai-nilai dan norma-norma.
Jelasnya kekuasaan lah yang menjadi sumber hukum bukan hukum dijadikan sebagai
alat kekuasaan. Masyarakat semakin tidak berdaya apakah dalam keadaan separah
itu perekonomian bisa tumbuh. Pembusukan di dalam perekonomian khususnya dan
kehidupan pada umumnya baru akan terlihat dan terasa nyata belakangan.
a. Awalnya adalah pengusaha
Pengusaha yang
memberikan akses kepada pengusaha untuk mengeksploitasikan rente ekonomi hampir
bisa dipastikan akan merugikan konsumen atau masyarakat luas. Kerugian konsumen
hampir selalu lebih besar daripada keuntungan pengusaha atau penguasa. Salah satu
contoh yang menonjol adalah aspek distribusi manfaat yang terjadi dari konsumen
masyarakat kepada pengusaha dan penguasa. Praktik-praktik seperti ini sering
terjadi.
b. Dampak KKN terhadap Kinerja Ekonomi
Makin sedemikian parahnya praktik-praktik yang sangat distrortif
ini menyebabkan yang terjadi dewasa ini tidak lagi dalam mekanisme yang
bersifat zero sum game. Belum ada istilah ekonomi untuk praktik yang
menghasilkan keuntungan bagi satu pihak tetapi mengakibatkan kerugian berlipat
ganda yang diderita kelompok masyarakat tertentu. Salah satu kasus tata niaga
atau praktek yang menjadikan bentuk pertumbuhan ekonomi dia melambat adalah
sesuatu yang tidak terhindarkan lagi. Praktek perekonomian akan menyebabkan
alokasi sumberdaya yang menjadi lambat yaitu memberi lemah potensi perekonomian
untuk tumbuh dan berkembang dengan basis yang kokoh. Di nilai ekonomi dari
korupsi dan berbagai bentuk penyimpangan kita dapat menghitung selisih tingkat
pertumbuhan ekonomi rata-rata negara se kawasan dengan pertumbuhan ekonomi
indonesia. Akibatnya adalah alokasi sumberdaya termasuk sumber daya manusia
semakin berkonsentrasi pada sektor sektor penghasil yang distrortif.
c. Keterlibatan Birokrasi dan Sejarahnya
Sosok birokrasi
indonesia ini tidak terlepas dari sejarah panjang masa penjajahan belanda dan
jepang dan politik pascakemerdekaan. Dan dalam menghadapi era baru yang
ditandai oleh semakin kompleks nya tuntutan masyarakat serta persaingan yang
kian tajam dalam percaturan global, birokrasi tidak saja dituntut untuk lebih
efisien dan produktif namun untuk lebih peka terhadap perubahan perubahan di
atas. Setelah kemerdekaan birokrasi masih sangat didominasi oleh kalangan
priyayi. Revolusi sosial di beberapa daerah memang cenderung mengarah pada
gerakan anarkis, namun sebetulnya bisa juga dipandang sebagai momentum untuk
mengurangi praktis feodalisme yang sudah mengakar kuat di dalam masyarakat.
Setelah reda dari revolusi sosial posisi penting di pemerintah pusat dan daerah
diisi oleh perpaduan antara kalangan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan. Dalam
struktur birokrasi sosial secara keseluruhan semakin banyak diisi oleh berbagai
kelompok sosial, namun pada posisi posisi penting tetap lebih banyak diisi oleh
kalangan priyayi.
Runtuhnya rezim soekarno menjadi momentum untuk menata kembali
sistem politik indonesia. Salah satu aspek yang menjadi target utama pembenahan
adalah birokrasi. Hanya dengan top pangan iklim politik yang kondusif kala itu
yang memungkinkan tindak radikal tersebut praktis tidak mendapat tantangan yang
berarti. Langkah rasionalisasi yang dilakukan oleh rezim soeharto terhadap
birokrasi peninggalan rezim soekarno adalah dengan merampingkan jumlah menteri
menjadi seperempat dari jumlah sebelumnya, membatasi pengangkatan pegawai
negeri baru, mempercepat pensiun, maupun menghindarkan pegawai negeri yang
terlibat gerakan komunis. Pembenahan birokrasi yang dilakukan soeharto tidak
lepas dari konteks politik untuk membuat kekuatan politik termasuk birokrasi
lebih loyal dengan pengawasan militer sejalan.
Sayangnya
langkah yang telah ditempuh oleh rezim soeharto pada awalnya kekuasaan praktis
tidak diiringi oleh pemberdayaan birokrasi lebih jauh. Hingga kini birokrasi
tidak mampu menjadi aktor dinamis dalam menegakkan pemerintah yang lebih baik
dan menjadi penopang kokoh dalam pembangunan. Peran pemerintah masih tetap
penting bahkan semakin penting yaitu arah dan bentuk dari keterlibatan peran
pemerintah harus lebih di titik berat kan pada fungsi sebagai pendinamis
masyarakat dan termasuk dunia usaha. Peningkatan hasil pembangunan tidak hanya
terpusat pada sekelompok kecil masyarakat, pemerintah harus semakin berperan
untuk menciptakan kelompok marjinal di dalam masyarakat tidak justru terhambat
dari kemajuan yang telah dihasilkan oleh bangsa secara keseluruhan.
E. REPORSISI
TNI-POLRI
1. Kegamangan TNI-Polri di Tengah Arus Reformasi : 4 Pilihan
Perubahan sikap fraksi TNI/Polri dalam rapat pleno DPR-RI yang
memutuskan keluarnya Memo II tehadap Gus Dur. Fraksi TNI/Polri di tengah caci
maki yang di alamat kan para aktivis sedang menyusun kembali jati dirinya
sebagai kekuasaan terakhir yang memegang kendali atas keutuhan bangsa.
Ketakutan itu pula yang terjadi di dalam diri soekarno ketika menjaga
perimbangan politik antara kekuatan PKI yang kencot dalam program angkatan ke-V-nya,
dengan kekuatan tni yang terkenal menganut prinsip kecurigaan yang tinggi atas
racing komunis. Masa demokrasi terpimpin bisa dipahami dengan upaya mencari
sandaran pada kekuatan kekuatan politik yang relatif mempunyai akar kuat dan
pendukung fanatik di tingkat massa. Soekarno mengumpulkan seluruh kekuatan
nasional mempunyai basis dukungan kuat itu sebagai bagian dari upaya
konfrontasi dengan malaysia yang dianggap sebagai entitas negara imperialis
dalam fase perang dingin.
2. Pilihan Pertama: Politik Mundur Sejenak
Upaya yang hampir menuju kepastian agar gus dur mundur atau
dimunculkan sesungguhnya membuka peluang bagi TNI/Polri untuk kembali mengambil
sikap paling motret dan penting. Sikap itu, sangat tergantung dari kejelian
TNI/Polri untuk melihat momentum bagi pemulihan citra diri mereka yang dianggap
sebagai "satpam kekuasaan" sejak indonesia merdeka. Sikap pemanfaatan
unsur militer guna kepentingan politisi sipil yang kekurangan legitimasi
apalagi akibat pemilihan wakil rakyat yang bukan berdasarkan individu,
melainkan aparat ketakutan nya kepada rezim lama yang masih kuat.
3. Pilihan Kedua: Politik Dasamuka
Pilihan ini
juga objektif, mengingat belum adanya kekuatan politik sipil yang benar real
menjadi pemenang dalam kompetisi demokrasi sekarang ini. Pihak militer harus
menghabiskan energinya untuk melakukan fungsi-fungsi spionase, dengan memasuki
berbagai kawasan atau area politik yang sedemikian luas dan terpilah-pilah,
dengan tingkat koordinasi dan disiplin tinggi. Tetapi resiko dari pilihan ini
sudah sangat kelihatan, ada kalanya unsur militer yang ada dalam kekuatan
kekuatan politik formal itu justru terjebak dalam upaya apem bocoran informasi
bagi kepentingan elite dan partainya, sehingga berdampak buruk kepada citra
militer secara keseluruhan. Militer indonesia memang agak kurang disiplin dan
terlatih dengan pekerjaan pada dan penuh resiko ini, yang dalam banyak cerita
sejarah justru memberikan informasi kepada lawan karena iming-iming kekuasaan
dan materi.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan keadaan yang terjadi di
daerah-daerah konflik di indonesia. Dari informasi yang beredar di bawah
permukaan banyak anggota-anggota militer yang akhirnya masuk dalam areal
konflik sebagai pendukung salah satu pihak bertikai.
4. Pilihan Ketiga: Rezim Transisi
Pilihan ini
juga tersedia dan didukung oleh faktor geopolitik internasional seperti yang
terjadi di pakistan maupun papua nugini. Militer demokratis dianggap penting
karena kepentingan investasi asing. Apalagi tugas sebagai alat pertahanan
negara hanya relevan dalam kondisi negara menghadapi ancaman penetrasi kekuatan
asing. Dalam fase ketiadaan lawan sepadan dalam hal ini militer asing berfungsi
ke militeran memang lebih mengarah ke dalam baik dalam artian politik, sosial,
bahkan budaya.
Kecurigaan terbesar atas supaya pengambilan ali sebagai pemerintah
transisi ini memang dalam konteks history indonesia tidak menemukan jalannya.
Militer indonesia seperti digambarkan di atas lebih melakukan kudeta wacana
atau kudeta konstitusional dengan mendukung rezim sipil. Dalam bidang politik
keadaan ini juga terkait dengan keberagaman ideologi dalam militer indonesia.
5. Pilihwn
Keempat: Hamlet Politik
Hamlet si
peragu merupakan salah satu sosok TNI/Polri yang kita lihat sekarang. Beragam
perilaku dalam pengambilan kebijakan terlihat sekali mengandung keraguan.
Keraguan pertama terlihat dari sikap mendua dalam melindungi kepentingan
Soeharto yang notabene adalah seorang yang melantik para Taruna militer setiap
ritual 5 oktober. Keraguan kedua muncul dengan tiadanya perlindungan
konstitusional terhadap pemerintahan yang sah dan terpilih secara demokratis
yaitu Gus Dur-Mega. Keraguan ketiga adalah sikap dalam menjaga keutuhan bangsa.
Belum lagi keraguan ke-4 atas perilaku kelompok politik jalanan yang jelas-jelas
mengganggu proses politik yang semestinya berpusat dalam hubungan check and
balance antara institusi demokrasi.
Keempat keraguan itu juga segudang keraguan lainnya yang berskala
besar atau kecil seperti konflik etnis memang hadir sebagai dari trauma atas kritikan
membabi-buta dari para pengatur hak asasi manusia dan perlawanan keras para
korban politik Orde Baru yang difasilitasi militer. Dugaan yang berkembang
justru tidak bernilai positif bagi militer Indonesia. Hamlet bagi sosok militer
memang sudah diluar doktrin kemiliteran manapun karena ini tentulah sangat
menyulitkan institusi militer sendiri.
6. Bisnis Para Prajurit (Baca: Jenderal)
Keterlibatan tentara di dalam bisnis Sudah mengakar lama di
Indonesia, bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan. Salah satu indikasinya
terlihat dari tingkat kesejahteraan perwira peta yang tidak banyak berbeda
dengan yang dinikmati pejabat pemerintah kolonial Belanda. Latar belakang
keterlibatan tentara di dalam bisnis pada masa orde lama lebih mengacu pada
kenyataan bahwa anggaran negara sangat terbatas untuk belanja persenjataan
maupun kesejahteraan prajurit.
Terungkap kasus korupsi di jajaran Kostrad yang cenderung dipandang
sebagai semata-mata kesalahan prosedur oleh para petinggi militer resmi
menunjukkan betapa seriusnya konsekuensi dari keterlibatan TNI di dalam bisnis.
Sementara kalangan berpendapat bahwa penyelesaian keberadaan bisnis tentara
adalah dengan membuatnya menjadi Badan Usaha Milik Negara. Peran pemerintah
sepatunya dibatasi sebagai regulator dan pendorong elemen-elemen di dalam
masyarakat yang patut peran pemerintah sepatunya dibatasi sebagai regulator dan
pendorong elemen-elemen di dalam masyarakat yang patut diberdayakan karena
karakteristik, jangan sampai pengalihan otoritas usaha dari militer ke pemerintah
sipil hanyalah mengalihkan masalah semata dari bentuk distorsi dan
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan kalangan militer menjadi yang dilakukan
oleh politisi.
Di tengah krisis ekonomi dewasa ini negara tentu saja belum mampu
memenuhi keseluruhan kebutuhan tentara. Pemerintah dan Parlemen harus
bernegoisasi dan bersepakat tentang penjadwalan atau penahapan hingga mencapai
alokasi yang ideal.
7. Kembalikan TNI/Polri sebagai Alat Negara
Seperti telah di singgung kan keterlibatan tentara dan polisi di dalam
bisnis dengan segala akibat negatif yang ditimbulkan baik terhadap kredibilitas
dan integritas mereka sebagai agen negara maupun terhadap perekonomian tidak
bisa dipandang sebagai stereotip atau keunikan. Berbagai bentuk penyimpangan
praktis setelah menghirup seluruh komponen bangsa, bahkan secara kasar bisa
dikatakan bahwa distorsi yang terjadi di dalam bisnis militer tidak seberapa
bila dibandingkan dengan keseluruhan distorsi yang terjadi.
Keunikan Militer adalah bahwa mereka bersenjata karena memegang
otoritas pemerintahan dan keamanan negara. Maka teramat Riskan membiarkan
Mereka melaksanakan fungsinya tanpa mekanisme pengendalian oleh sipil.
Pendekatan terhadap penyelesaian soal keterlibatan militer di dalam bisnis
tidak bisa sekedar dengan menggunakan pendekatan parsial, melainkan harus
sebagai bagian untuk meluruskan fungsi lembaga-lembaga negara.
dengan semakin matanya
konsolidasi demokrasi sejauh ini peranan militer di Indonesia dapat
dikelompokkan ke dalam empat kategori, yakni:
1) dominasi politik
2) pembuatan kebijakan pertahanan dan keamanan
3) komando dan kontrol
4) peranan nonhankam
Peranan pertama dan keempat sepatunya dikurangi secara signifikan
karena kedua peran ini yang merupakan sumber distorsi terbesar bagi demokrasi.
Sebaiknya peran ketika Justru harus lebih banyak diserahkan kepada militer
sendiri untuk menjaga netralitas dan independensi militer sebagai alat negara.
Komentar
Posting Komentar