ESAI PEMUDA TOLERANSI



 GELORA  PEMUDA INDONESIA : MEMBUMIKAN TOLERANSI DAN  MERAWAT KEMAJEMUKAN  GUNA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN (SDGs) NOMOR 16 TAHUN 2030

ESAI

Oleh : Aji Santosa 


Diajukan Untuk  Mengkuti  Lomba Esai Indonesian Conference on Religion and Peace


LATAR BELAKANG

Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) didefinisikan sebagai develpoment which meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs. Istilah ini pertama kali dipopulerkan dalam Our Common Future, sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan The World Commission on Environment and Development (WCED) pada tahun 1987 (Ngoyo, 2015). Selaras dengan hal tersebut, dalam tulisannya Khatimah, dkk (2017) mengungkapkan SDGs (Sustainable Development Goals) adalah sebuah program pembangunan berkelanjutan yang memiliki 17 tujuan dengan 169 target dengan tenggang waktu yang ditentukan. Sustainable Development Goals diterbitkan pada tanggal 25 September 2015 menggantikan program sebelumnya yaitu MDGs (Millennium Development Goals) sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang disepakati oleh berbagai negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tujuan SDGs  nomor 16 salah satu diantaranya adalah perdamaian, keadilan dan inkulsi sosial. Namun dalam tulisan ini penulis akan memfokuskan pada point perdamaian.

Perdamaian tentunya menjadi harapan di setiap negara  di belahan dunia, akan tetapi di indonesia akhir-akhir ini stabilitas negara sedang terganggu. Konsep Bhineka Tunggal Ika yang selalu menjadi pedoman dalam berbangsa dan bernegara saat ini sedang dipertaruhkan eksistensinya. Masyarakat Indonesia sedang diuji dengan isu Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA). Orang-orang Islam tiba-tiba bersatu dan menyuarakan kehendaknya melalui aksi bela Islam yang berjilid-jilid, begitu juga dengan kaum minoritas yang menganggap bahwa Indonesia bukan hanya milik masyarakat yang beragama Islam. Tiba-tiba saja identitas primordial menguat, mulai ada bahasan mengenai pribumi dan bukan pribumi atau masyarakat Indonesia yang asli dan tidak asli.


Isu SARA memang menjadi hal yang sangat sensitif bagi mayoritas dan minoritas  orang Indonesia. Hal-hal yang menyangkut SARA khususnya agama dengan cepat menjadi bahasan hangat terutama menjelang pemilihan Kepala Pemerintahan baik pusat maupun daerah. Dari awal, para pendiri bangsa sudah menduga bahwa keanekaragamaan suku, budaya, dan agama akan menjadi masalah di kemudian hari. Sehingga sering kali muncul konflik di Indonesia yang selalu berkaitan dengan SARA. Konflik terjadi karena di latar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.

 Perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Serta dibawa ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam masyarakat. Setiap masyarakat tentu pernah mengalami konflik  dengan anggota ataupun dengan kelompok lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Setara Institute misalnya mencatat hingga pertengahan tahun 2018, telah terjadi 109 peristiwa praktik intoleransi (pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan)   dengan 136 tindakan, yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia. Jika dibandingkan tahun 2017, telah terjadi peningkatan jumlah peristiwa kekerasan yaitu  80 peristiwa dengan 99 tindakan, artinya pada tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 20 peristiwa dan 37 tindakan (Setara Institute, 2018).


Begitu juga di tahun 2019 sampai awal tahun 2020 telah terjadi beberapa konflik dan praktik intoleransi pelanggaran kebebasan beragama di Indonesia. Seperti halnya saat bertepatan dengan Hari Natal 2019, umat Khatolik di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat dilarang untuk merayakan Natal secara bersama-sama karena sebuah aturan adat (BBC News .com ,2019). Umat Khatolik hanya dapat melaksanakan ibadah di rumah masing-masing serta  tidak mengundang umat Kristen lainnya. Mereka tidak diizinkan menggelar Misa dan perayaan Natal oleh pemerintah Nagari Sikabau (setingkat desa) di rumah ibadah sementara. Karena aturan tersebut, 40 umat Khatolik di Jorong Kampung Baru Nagari Sikabau kabupaten Dharmasraya memutuskan tidak akan merayakan natal.


Peristiwa praktik intoleransi lainnya yaitu penolakan pembangunan gereja di Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau. Beberapa kelompok warga menolak adanya pembangunan gereja Paroki. Berdasarkan informasi dari BBC News (2020) menyatakan bahwa, pembangunan bangunan baru gereja Paroki Santo Joseph di Tanjung Balai Karimun kepulauan Riau terpaksa dihentikan karena penerbitan izin mendirikan bangunan yang digugat oleh sekelompok warga. Beredar surat penolakan di media sosial yang berisi imbauan untuk melakukan aksi damai unjuk rasa dalam rangka penolakan atas izin mendirikan bangunan gereja. Dalam surat itu tertulis bahwa unjuk rasa dilakukan pada hari Jumat tanggal 17 januari 2020 di rumah dinas Bupati Karimun.


Selanjutnya, praktik intoleransi penolakan jemaat Ahmadiyah di Sawangan Depok, bersumber dari CNN Nasional (2020) menyatakan bahwa, beberapa orang dari komunitas masyarakat Sawangan menggelar aksi di depan sekretariat jemaat Ahmadiyah di Jalan Raya Muchtar, Sawangan Kota Depok pada hari Jumat 31 Januari 2020. Massa menolak keberadaan jemaat Ahmadiyah di kota Depok dan mereka meminta pemerintah untuk menghentikan kegiatan jemaat Ahmadiyah dan menggusur sekretariatnya.
Berdasarkan beberapa data dan peristiwa yang telah di jelaskan oleh penulis di atas bahwa, praktik-praktik intoleransi atau larangan kebebasan beragama masih sering kali terjadi di Indonesia. Perbedaan antara golongan mayoritas dan minoritas masih menjadi perdebatan yang sangat hangat sampai saat ini.  Hal ini tentu sangat menyedihkan dan memprihatinkan,  Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai kesatuan dan persatuan, seperti yang tercantum dalam butir-butir pancasila pada sila ke 3. Akan tetapi, fakta yang terjadi di lapangan masih banyak sekelompok orang-orang yang mementingkan golongan mereka sendiri dan berusaha mengkafirkan golongan lain, merasa dirinya paling benar, agama mereka paling suci, sehingga ketika memandang atau melihat orang lain yang tidak seagama atau sealiran dengannya dianggap musuh bahkan sampai membencinya. Hal inilah  yang nantinya akan menimbulkan praktik intoleransi  serta berujung pada konflik dan perpecahan.



Penulis sebagai pemuda Indonesia melihat banyaknya konflik, praktik intoleransi kebebasan beragama dan  perpecahan  yang terjadi di Indonesia tentu merasa sedih. Oleh karena itu dibutuhkan peranan dan partisipasi pemuda untuk mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian, membumikan toleransi dan merawat kemajemukan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan (SDGs) sesuai dengan nomor 16 yaitu, keadilan, perdamaian dan inklusif.

ISI
Peran Pemuda Sebagai Agen Pembangunan Perdamaian Bangsa

  Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai 268 Juta Jiwa. Jumlah ini mengalamai kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya, jumlah tersebut terdiri dari atas kategori usia belum produktif (0-14 tahun) sebanyak 66,5 juta jiwa, usia produktif (15-64 tahun) 185,34 juta jiwa, dan usia non produktif (65+ tahun) 18,2 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan akan terus bertambah menjadi 318,96 juta jiwa pada tahun 2045 (BPS, 2019). Di sisi lain Indonesia saat ini tengah  memasuki era bonus demografi, yaitu jumlah penduduk usia produktif (15-64  tahun) sangat besar dari pada usia non produktif. Bonus demografi ini akan membawa angin segar atau keuntungan bagi bangsa, jika pemuda yang berusia produktif memiliki skill dan kemampuan serta bisa bersaing di dunia kerja, sehingga kualitas sumber daya manusia akan meningkat. Namun bonus demografi ini akan menjadi ancaman dan malam petaka jika penduduk yang berusia produktif tidak bisa mempersiapkan dirinya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

  Salah satu upaya dari pemerintah adalah meningkatkan indeks pembangunan pemuda (IPP). Dikutip dari Kumparan.com (2018) menyatakan bahwa indeks pembangunan kepemudaan Indonesia saat ini masih berada di urutan ketuju dari sepuluh negara anggota ASEAN. Indonesia masih perlu meningkatan kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan ke pelosok nusantara, membuka lapangan dan kesempatan kerja,  meningkatkan fasilitas kesehatan, partisipasi kepemimpinan, serta keadilan dan kesetaraan gender. Pembangunan pemuda merupakan agenda strategis Indonesia dalam rangka mempersiapkan generasi masa depan, yang tangguh dan mampu berperan membangun bangsa secara keseluruhan.


  Sebagai pemuda,  penulis tentunya memiliki peran untuk membangun bangsa Indonesia, seperti yang kita ketahui bahwa pemuda adalah tonggak perubahan bangsa, aset yang sangat berharga untuk bangsa di masa depan. Adapun salah satu cara untuk membangun bangsa yaitu dengan menyebarkan nilai-nilai perdamaian dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di lingkungan masyarakat, membumikan toleransi, merawat kemajukan serta menjadi sosok inspirator bagi kaum muda lainnya. Saat ini negara Indonesia membutuhkan kontribusi anak-anak muda untuk ikut andil dalam merajut kebhinekaan, serta mencegah dan menangkal praktik-praktik intoleransi di sekitarnya.


  Beberapa cara untuk membangun bangsa lewat perdamaian yaitu bersikap menghormati dan menghargai orang lain, tidak berprasangka buruk kepada siapapun,  selalu menciptakan energi positif, mengikuti kegiatan-kegiatan di bidang Interfaith, ataupun bisa ikut serta di berbagai komunitas lintas agama. Seperti penulis yang saat ini aktif di komunitas Sobat Muda Lintas Iman kota Salatiga, sebuah gerakan  yang sudah berdiri sejak tahun 2009, gerakan ini terinspirasi dari FSUB (Forum Sarasehan Umat Beragama) yang dipraksarai oleh Lembaga Percik Salatiga, Sinode GKJ dan Ponpes Edi Mancoro. Gerakan Sobat Muda Lintas Iman ini adalah sebuah gerakan untuk mempererat hubungan pertemanan dengan pemuda/i yang memiliki latar belakang berbeda. Gerakan ini mempunyai semangat juang untuk memproklamirkan dan menciptakan perubahan yang baik serta membangun bangsa melalui perdamaian.


     Gerakan ini tidak terbatas pada orang-orang atau kelompok tertentu saja namun untuk setiap orang yang memiliki visi misi yang sama tentang perdamaian bagi bangsa dan ingin bergandeng tangan untuk melakukan perubahan untuk bangsa. Kegiatan-kegiatan Sobat Muda menekankan pada proses saling belajar bersama untuk menumbuhkan toleransi dan perdamaian. Beberapa aktivitas atau kegiatan yaitu seperti  Live In tinggal dan belajar bersama di dusun pancasila, kegiatan Live in sudah berjalan selama 5 tahun. Live in lintas iman adalah kegiatan rutin tahunan untuk memfasilitasi proses saling belajar bersama para peserta melalui pengalaman langsung tinggal bersama masyarakat dengan kehidupan majemuk yang toleran dan damai. Kemudian training fasilitator untuk agen perdamaian, kunjungan ke tempat-tempat ibadah, Camp lintas iman, diskusi rutin lintas iman setiap 2 minggu sekali, seminar interfaith, berlatih advokasi penanganan konflik SARA. Dokumentasi gambar akan ditampilkan dalam LAMPIRAN.


  Dengan ikut serta dan aktif di berbagai kegiatan lintas agama dan interfaith tentunya kita sebagai pemuda harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai perdamaian di tengah-tengah maraknya konflik dan praktik intoleransi di negara ini. Harapannya, pemuda bisa menjadi pelopor perdamaian, membantu pemerintah untuk bisa mencegah dan mengatasi terjadinya praktik intoleransi, karena sikap intoleransi tidak relevan jika diterapkan di negara Indonesia.
Terwujudnya Pembangunan Yang Berkelanjutan Serta Terciptanya Negara Yang Aman Dan Damai
Tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs adalah sebagai agenda pembangunan dunia  untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. salah satu tujuan SDG nomor 16 adalah keadilan, perdamaian dan inkulsif,  yaitu mendukung masyarakat yang damai dan inklusif, menyediakan akses terhadap keadilan dan untuk kedamaian dunia. Serta membangun insititusi yang inklusif di semua level. Harapanya dapat mengurangi segala bentuk atau tindakan diksriminasi, ataupun kekerasan dan konflik sosial.


  Setiap warga negara mengharapkan negara yang aman dan damai,  tanpa adanya tindakan rasisme, diskriminasi, pelanggaran kebebasan beragama, (praktik intoleransi)  radikalisme juga ekstrimisme. Oleh karena itu dibutuhkan peranan yang kuat antara pemerintah, pemuda dan seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi dan menciptakan negara yang aman dan damai. Selaras dengan tujuan SDGs nomor 16, pemuda harus mampu menangkal dan mencegah praktik intoleransi  dan golongan-golongan yang ingin memecah belah bangsa, mengubah ideologi pancasila, mampu untuk melindungi kaum minoritas yang menjadi korban diskriminasi, serta menegakkan keadilan dan membela kebenaran, menjaga perdamaian negara dan dunia, sehingga dapat terciptanya negara yang aman dan damai dan tujuan SDGs nomor 16 pasti akan tercapai.


KESIMPULAN


      Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki berbagai macam suku etnis  budaya adat maupun agama, keragaman inilah yang seharusnya kita jaga, jangan sampai terpecah belah bahkan sampai menimbulkan konflik antar saudara se tanah air. Maraknya praktik praktik intoleransi yang terjadi di sekitar kita, tentunya sebagai pemuda kita tidak hanya diam saja, peranan pemuda tentu sangat dibutuhkan. Sejarah telah mencatat bahwa deklarasi kemerdekaan indonesia tidak lepas dari peranan pmuda.  Oleh karena itu setiap pemuda harus mampu untuk menjadi seorang promotor dalam pembangunan bangsa. Menjaga keberagaman adalah tugas semua pihak, hubungan baik antara kelompok maupun golongan harus kita jaga bersama-sama. Bila tidak kita jaga, maka hal itu akan memicu timbulnya praktik intoleransi yang dapat memecah belah bangsa. Hidup toleran akan kebaragaman membuat Indonesia aman, nyaman dan damai.



DAFTAR PUSTAKA

Banjar hits.co (2018) . diakses dari https://kumparan.com/collection/mudik-bawa-petaka?utm_source=dfp&utm_medium=display&utm_content=collection&utm_campaign=mudikbawapetaka pada tanggal 25 maret 2020  pukul 15.00 WIB padat BBC News (2019) diakses dari https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/amp/50864097   pada tanggal 25 Maret 2020  pukul 12.00 WIB
BBC News (2020). diakses  dari https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/amp/indonesia-51444700 pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 14.00WIB
Badan Pusat Stastik. 2019.
CNN Indonesia (2020) .diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200131143804-20-470507/belasan-orang-demo-tolak-ahmadiyah-di-sawangan-depok pada tanggal 26 Maret 2020 pukul 13.30WIB
Ngoyo, M. F. (2015). Mengawal Sustainable Development Goals (SDGs); Meluruskan Orientasi Pembangunan yang Berkeadilan. Sosioreligius Volume No.1 .
Khatimah, H., Utami, R. D., & Sari, I. N. (2017). DODO (DOMINO LUDO) : Sarana Pendidkan Karakter Berbasis Pembelajaran Tematik Pada Diri Anak Sekolah Dasar Di Era Sustainable Development Goals. Jurnal PENA Volume 3 Nomor 2.
Setara Institute ,(2018). diakses dari   https://setara-institute.org/laporan-tengah-tahun-kondisi-kebebasan-beragamaberkeyakinan-dan-minoritas-keagamaan-di-indonesia-2018/ pada tanggal 24 Maret 2020 pukul 16.00WIB








BIODATA PENULIS




  Penulis bernama Aji Santosa lahir di Purbalingga 30 Maret 1999, saat ini sedang menempuh kuliah di IAIN Salatiga 2016, jurusan Ekonomi Syariah. Penulis akitf di berbagai organisasi dan komunitas , seperti  Dewan Eksekutif Mahasiswa IAIN Salatiga, Sobat muda  Lintas Iman kota Salatiga, Forum Indonesia Muda Wil Solo Raya. Selain aktif di organisasi maupun komunitas penulis pernah mendapatkan penghargaan antara lain, Juara 3 baca puisi provinsi Jawa Tengah 2018, Juara 2 Baca Puisi Jawa Tengah hari Autisme 2018, Juara 2 Duta Genre Kota Salatiga 2019, Juara 3 Karya Tulis Ilmiah IMABKIN, 10 Besar Duta Genre Jawa Tengah 2019. Delegasi pemuda Jawa Tengah di  Indonesian Cultural and Natianolism Conference 2020. Wakil  Pemuda Jawa Tengah di Festival Pemuda 2019, Pelatihan Kepemimpinan Wilayah 3 Forum Indonesia Muda (Angk 20) 2018.












LAMPIRAN-LAMPIRAN KEGIATAN DAN AKTIVITAS SOAT MUDA LINTAS IMAN SALATIGA







GAMBAR 1.1 KUNJUNGAN KE TEMPAT-TEMPAT IBADAH
(SOBAT MUDA)











GAMBAR 1.2 LIVE IN LINTAS IMAN SOBAT MUDA









GAMBAR 1.3 WORKHSOP TRANSFORMASI KONFLIK UNTUK PEMUDA PERDAMAIAN


















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Proposal Mata Pelajaran Kewirausahaan SMK

Contoh MATERI KE NU- AN (latihan Kader Muda Ipnu-Ippnu)

MAKALAH TAWADHU DAN TAKWA