CERITA MINI UNTUK HARI IBU







IBUKU PERMATAKU
Oleh : Aji Santosa

Sejak ditinggal Ayah tercinta dua pekan lalu, kini semangatnya yang dulu bak api membara, dan senyum di wajahnya, sekarang hampir pudar dan luntur, sama sekali tak pernah menawarkan senyum kepada teman-teman sekelasnya,apalagi bercanda tawa. Ia masih ingin melihat dan bermain bersama dengan sosok Ayah yang dari kecil sudah menjadi pahlawan sepanjang kehidupannya, karena ia masih tak ingin kehilangan pahlawan hidupnya.
  “Ah, hari ini aku nggak boleh cengeng, aku ini  sudah dewasa, aku harus bisa mengikhlaskan Ayah,  masih ada Ibu, Ibu yang selalu memberi nasihat kepadaku, senja saja selalu memberikan keindahan warna di setiap sudut sore hari, aku harus sepertinya yang bisa memberikan warna kehidupan untuku dan ibuku setiap saat bukan hanya sesaat.” gumam Rama dalam hati.
  Seperti biasanya sebelum pulang berangkat sekolah Rama selalu membantu Ibunya untuk menyiapkan jualan, jarak dari gubuknya ke sekolah lumayan cukup jauh, namun kini sudah ada angkutan umum yang mengantarkan Rama untuk berangkat ke sekolah, anak laki-laki yang tangguh ini masih duduk di salah satu bangku Sekolah Menengah Pertama yang berada di daerahnya.”Nak, ini nanti tolong diantarkan ke warung Mpok Ijah ya nak, nah habis pulang sekolah jangan lupa diambil uangnya, untuk perhitungannya kamu tinggal terima saja dari Mpok Ijah,nanti,”.“Ya Bu, nanti aku akan mengantarkan dagangan ini, dan habis pulang sekolah akan kuambil uangnya Bu, ya sudah aku berangkat dulu ya Bu.”
 “Assalamuaialikum ,Bu”.
”Waalaikum salam, hati hati ya Nak”.
  Semenjak ditinggal sang Ayah pergi, kehidupan keluarga kecil ini berubah, Ibunya bekerja setiap hari mulai dari pagi buta hingga sore hari. Ibunya tak pernah merasakan lelah, ia membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya, hanya ada Rama, anak satu-satunya yang ia miliki, apapun yang Rama inginkan,dengan kemampuan yang ia miliki  pasti akan ia wujudkan. Sekarang Ibunya berjualan jajan pasar yang dibuat sendiri di rumah, setiap hari ia berkeliling sambil memikul keranjang, berjalan berkilo-kilo meter dari rumahnya,  namun ada beberapa dagangan yang dititipkan di warung-warung dekat rumah.
Akan tetapi, Ibunya tidak mengharapkan secara penuh atas dagangan yang dititipkan di warung, kadang saja ada beberapa sisa dagangan yang belum laku terjual, oleh karena itu sebagai tambahan pendapatan ia harus berjualan secara keliling.
  Suasana tampak cerah, tak ada langit yang abu, tak ada langit yang murung, dan tak mungkin juga hujan akan turun,awan-awan tersneyum diselimuti langit biru, angin mengabarkan pada matahari bahwa hari ini akan memberikan warna pada semesta.
“treeettt”!!! “treeettt”!!!
  Bel berbunyi, menandakan jam pulang sekolah tiba,”hai Ram habis ini kita main yuk, kerumahnya Andi, ada permainan baru loh, soalnya kemarin baru dibelikan sama Ayahnya,” tanya Dika teman sebangku Rama sambil mepuk bahunya
”Wah aku nggak bisa Dik, bukannya aku menolak tawaranmu, tapi aku harus membantu Ibuku dirumah.”
 “Oke, baiklah lain kali aja yah Ram” ujar Dika kemudian pergi meninggalkan Rama dengan senyum ramah.
  Keinginan untuk bermain dengan teman sekelas, pastinya ada di dalam benak Rama, namun harus gimana lagi, sekarang ia harus membantu Ibu di rumah .
“Oh ya aku kan harus ke warungnya Mpok Ijah, ngambil dagangan Ibu, mumpung angkutan masih ramai aku harus pulang ke rumah secepatnya,”gumam Rama sambil menggendong tas ranselnya.
"Mpok, Mpok Ijah"
  Suara anak kecil terdengar dari telinga Mpok Ijah yang sedang menjaga warung .kecilnya,
“Assalamu’alaikum Mpok,”
“Wa’alaikumsalam Ram, eh udah pulang ya?”,“iya ini mau ngambil uang hasil dari dagangan Ibu,”. ”Oh, ya sebentar, Mpok ambilkan dulu ya,”
 “ini Ram uangnya, alhamdulillah hari ini laris manis, besok jangan lupa kesini lagi ya Ram,”baik Mpok aku pulang dulu ya? Daahhh”.
“Tok,tok,tok” Assalamu’alaikum Bu, aku pulang, “iya, Wa’alaikumsalam,ganti baju dulu ya Nak, habis itu makan ini Ibu lagi nyiapin di meja.”
Seperti hari-hari biasanya setiap habis pulang sekolah ia selalu membantu Ibunya menyiapkan bahan-bahan untuk membuat dagangan yang akan dijual esok hari, dan saat malam temaram ia harus belajar mengejarkan tugas dari sekolah, “oh ya Bu, ini uangnya sudah ku ambil dari warungnya Mpok Ijah, dan katanya besok Ibu harus menitipkan lagi, hari ini alhamdulillah laris manis, “ya Nak, terima kasih ya, sekarang bantu Ibu dulu menyiapkan adonan, dan bahan, nanti kalau kamu capek istirahat aja yah,”. “Siap Bu, baik.”
Tak seperti anak-anak SMP pada umumnya, kalau sehabis pulang sekolah langsung main bersama-sama, menghabiskan kesenangan dan kebahaagiaan di usia mereka, berbeda dengan Rama, bocah kecil yang memiliki kekuatan tangguh ini justru membantu Ibunya di dapur, mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan oleh anak Perempuan, namun hatinya sama sekali tak pernah menolak untuk membantu Ibunya, justru ia merasa senang ketika membantu Ibunya, dari pada menghabiskan waktu untuk bermain di luar.
Jam menunjukan pukul 5 sore, sesaat senja akan datang pada dinding langit, warna yang terkesan memberikan suasana bahagia, dan burung-burungpun enggan kembali ke sarangnya, hingga awan akan tergantikan oleh temaram. Cahaya cerah akan segera tiba dari sinar bintang dan bulan, kata-kata aksara tak lagi dapat ditulis hanya ada kisah-kisah yang tersisa sampai fajar tiba
Di ruang tamu, tampak ada beberapa buku-buku LKS serta alat alat tulis berada di atas meja, yah, kini waktunya Rama belajar dan mengerjakan PRnya, Ibunya  yang sudah selesai menyiapkan adonan dan bahan-bahan untuk di masak esok hari, kini menemani Rama yang sedang belajar,selang beberapa kemudian suara lembut dari anak kecil yang memiliki ketangguhan seperti baja ini di dengarkan oleh Ibunya.
”Bu, Ibu nggak capek berjualan keliling setiap hari dan sendirian?” tanya Rama dengan menatap kedua bola mata ibunya. “Enggak Ram, Ibu sama sekali nggak capek, cuman lelah sedikit tapi sekarang sudah enggak,”. sahut Ibunya sambil mengelus rambut hitam nan lembut pangeran kecilnya.
 “Bu, gimana kalau Rama berhenti sekolah saja, biar Rama bisa membantu Ibu jualan dan Ibu nanti nggak kecapean lagi,.

  Setelah mendengarkan pertanyaan dari pangeran kecilnya, tetesan air mata  yang mengalir dari pipinya, jatuh  di pelataran bumi.
  “Nak, kamu ini kenapa, kok bicaranya seperti itu?, Ibu masih sanggup, Ibu masih kuat, kamu jangan berkata seperti itu, Ibu akan berusaha sekuat dan semampu Ibu, untuk bisa menyekolahkanmu sampai lulus, serta Ibu juga nantinya harus bisa mengantarkanmu sampai ke Perguruan Tinggi, niatmu memang baik nak, tapi Ibu hanya ingin kamu harus bisa mengejar cita-citamu untuk menjadi seorang Guru, Ibu rela kepanasan, kehujanan setiap hari, namun Ibu hanya butuh doa darimu Nak, Ibu ingin melihat pangeran kecil Ibu bisa memakai toga, serta bisa mengangkat derajat orang tua,kejarlah impianmu Nak,” sahut  Ibu dengan tetesan air mata yang masih mengalir dari pipinya. Kemudian Rama memeluk Ibu dan berkata “Baik Bu jika itu keinginan Ibu , aku akan berusaha membuat Ibu bahagia.”
-TAMAT-
Selamat Hari Ibu 22 Desember 2018
“Kutuliskan sajak untuk Ibu, yang sedang berjuang serta mendoakan anak-anaknya, padanya titipan  salam dari kerinduan yang terus merekah, di dinding keheningan malam aku bersua pada bintang unutk mengirimkan secercah cahaya pada-nya.”
BIODATA PENULIS:
Aji Santosa, mahasiswa jurusan ekonomi syariah, memiliki hobi menulis puisi, namun kali ini mencoba untuk menulis cerita mini, beberapa karyanya penrnah diterbitkan di buku antologi puisi bersama dari hasil lomba event cipta puisi tingkat nasional seperti. Doa dan harapan penerbit Naa Publisher, “Hari Kehilangan” Mandala Penerbit, “Liburan Istimewa”, Tosca Media,”Aksara Langit”, Penerbit Langit Arbitter,”Gemakan Indonesia”, Poetry Publisher, “Untaian Kata Unutk Juli”Literasi Aksara, “Menunggu” penerbit Jendela Sastra Indonesia  dan lain-lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Proposal Mata Pelajaran Kewirausahaan SMK

Contoh MATERI KE NU- AN (latihan Kader Muda Ipnu-Ippnu)

MAKALAH TAWADHU DAN TAKWA