KISAH INSPIRATIF
KISAH INSPIRATIF
“ Tentang Atap Pendidikan Dan
Pesantrenku ”
Penulisan Ini Di Susun Untuk
Mengikuti Event Menulis Tingkat Nasional 2018
Oleh
: AJI SANTOSA
Berawal
di kisahku yang memulai perjalanan di pendidikan tentunya tidak lepas dari
dukungan, do’a, dan restu/ridho orang tua. Karena berkat jasa-jasa beliaulah
aku bisa mengenyam pendidikan yang sanagat layak, dan aku terlahir dari
keluarga yang sangat sederhana, semua keluargaku sangat harmonis, aku berada di
dekapan dan pelukan ayah ibu. Menyayangiku, mencintaiku dengan penuh kasih
sayang, aku sebenarnya sudah memulai pendidikan pendengaran ketika sang ayah
mengumandangkan adzan dan iqomah pada kedua telingaku, ketika aku lahir di
tahun 1999, kalimat-kalimat ilahi yang beliau ucapkan sudah masuk kedalam hati
bayi kecil mungil dan sang bayi pun
mendengarnya, tapi waktu itu aku belum mengetahui betul apa itu arti pendidikan
yang sebenarnya. Umur 4 tahun kedua orang tuaku mendaftarkan diriku ke TK pada
tahun 2003, yang dulunya masih merengek, menangis harus bersekolah, bukan saja
di masukan ke TK tetapi orang tuaku menyuruhku untuk memulai belajar mengenal
ayat-ayat allah (mengaji) yang mana guru nya adalah eyang tercinta saya
(nenek), beliau sabar dan sangat sabar ketika mengajariku untuk mengenal dan
membaca ayat-ayat allah, mengingat beliau yang semakin bertambah usia kadang
aku merasa sangat sedih. Aku belum bisa membalas jasa nya untuk eyangku, entah
kapan semuanya bisa terwujud, karena berkat beliau aku bisa membaca alqur’an,
memahami tiap-tiap ayat-Nya, 1 tahun aku berada di pendidikan usia balita,
selepasnya aku masuk ke sekolah dasar pada umur 5 tahun, sebenarnya dulu belum
di perbolehkan untuk masuk ke sekolah Dasar karena umurku masih belum cukup dan
harus di Tk lagi, tapi alhamdulillah dengan kemampuanku yang akhirnya di
perbolehkan untuk mengenyam pendidikan sekolah dasar pada umur 5 tahun. Di saat
aku mulai bersekolah di SD, orang tuaku mendaftarkan aku ke sekolah madrasah
diniyyah di desaku, yang mana kalau sekolah itu dimulai dari waktu setelah dzuhur sampai ashar tiba,
aku sangat bersyukur bisa mengenyam pendidikan umum dan pendidikan agama di
waktu kecil, aku mulai diajarkan cara menulis huruf arab, mempelajari
kisah-kisah para nabi dan rasul-Nya, sikap akhlaq yang terpuji dan lain-lain.
Aku sebenarnya bukan siswa yang pintar dan berprestasi, yang mana aku hanyalah
siswa biasa, kedua orang tuaku mengajarkan kepadaku bagaimana cara berbuat baik
terhadap sesama terutama pada orang tua, keluarga, lingkungan dan teman-teman,mengenai
sepanjang hidupku aku hanya menerima kasih sayang dari ibu, karena ayah bekerja
keras untuk menghidupi keluarga kecilnya, jadi waktu kecil jarang sekali aku
bertemu dengan ayah, ketika ayah pulang bekerja aku pun cuma bertemu sebentar
paling lama dirumah 1 bulan saja habis itu ayah bekerja lagi, tapi menurutku tidak
masalah karena ayah harus mencari rezeki untuk bisa menyekolahkanku, agar aku
bisa menjadi orang-orang yang pintar orang-orang sukses nantinya. 6 tahun aku
bersekolah di SD N Mergasana dan lulus di tahun 2010, selanjutnya tibalah aku
di masa sekolah jenjang selanjutnya yaitu MTs/SMP Sederajat, aku bersekolah di
Mts Ma;arif NU 01 Kertanegara, aku merasa senang sekali karena bisa bersekolh
di basic pesantren. Kenapa aku bilang seperti itu? Karena di Mts, aku
mempelajari ilmu layaknya di pesantren, banyak ilmu-ilmu agama yang aku dapat
seperti tata cara menyalatkan jenazah, tahlil dan lain-lain. Umurku 11 tahun
mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama dimana aku masih belum bisa hidup
mandiri semua kehidupanku bergantung pada ibu dan ayah, mulai dari membeli
seragam sekolah kadang dianter pulang pergi dan lain-lain, di Mts aku juga
belajar tentang pengetahuan umum seperti IPS, IPA, PKn, Bahasa Indonesia dll di
SD dulu juga sudah tapi waktunya sebentar di MTs aku sudah belajar dengan
buku-buku perpustakaan yang ada, aku habiskan masa-masa di Mts dari kelas 1-2
untuk belajar dan bermain bersama teman-teman tak lupa juga ketika pulang sore
aku tetap mengaji al qur’an. Kenaikan kelas 3 aku sudah tidak lagi melanjutkan
di Mts ma’arif nu kertanegara, saat kelas 3 Mts aku harus pergi untuk belajar
ilmu agama atau lebih tepatnya mondok di sebuah pesantren yang bernama Pon-Pes
Minhajtu Thullab beralamat di Desa Sumber Beras Kecamatan Muncar Kabupaten
Banyuwangi Jawa Timur, dan aku meninggalkan rumah dan teman-teman Mts ku,
betapa sedih nya diriku, tapi ini kemauan orang tua ku dan juga aku setuju
untuk belajar agama lebih mendalam di pesantren, waktu itu orang tuaku
bolak-balik ke sekolahku dulu untuk mengurusi perpindahan sekolahku.Dulu aku
menangis ketika di pesantren dan keluarga ku yang mengantar aku pulang kerumah purbalinga, tinggalah aku
sendiri dan hanya ada bude dan mbah ku di banyuwangi, tapi banyak sih
teman-teman yang sebaya usiaku juga mondok, tapi aku belum mengenal mereka
sebagai teman dekatku karena aku masih merindukankeluargaku dan suasana dirumah,
setiap harinya aku menangis karena aku masih belum betah dan masih belum nyaman
tinggal di pesantren, aku setiap harinya kerumah budeku untuk menenangkan diri
dan selalu di nasehati beliau agar supaya betah dan bisa nyaman di sini, karena
tujuanku adalah mencari ilmu agama dan belajar kepada ustad, kyai dan guru-guru
ngaji lainnya. Rupanya sangat berat aku jalani dimana aku harus mngaji dan
bersekolah jam 07.00-13.00 WIB aku harus bersekolah di Mts, setelah pulang
sekolah aku harus sekolah madrasah diniyyah sampai Ashar tiba, selepas ashar
aku mengaji kitab dengan guruku hingga jam 5 sambil menunggu maghrib tiba
biasanya dihabiskan untuk mandi dan makan sore. Sehabis maghrib aku mengaji
alqur’an bersama-sama karena aku santri baru aku masih dalam bimbingan guruku,
sehabis isyak masih ada kegiatan namanya Taqror ( mengulang / membahas
pelajaran madrasah diniyah besok) sampai jam
22.00 WIB, belum ditambah belajar pelajaran di Mts, aku tidur biasanya jam
set 11 malam hingga subuh tiba jam 04.00 WIB aku bangun, dan setiap harinya
seperti itu, aku pernah mengalami dimana masa bosan dan jenuh ketika harus
belajar dan sekolah di pesantren, aku hanya mengeluh kepada bude ku, aku tidak
berani membicarakan hal ini kepada keluargaku dirumah hanya kepada bude aku
berani, rasanya ingin pulang tapi takut keluarga kecewa. Tapi aku tetap kuat
untuk menjalaninya hingga aku lulus Mts tahun 2013. Tetapi di masa SMK tiba,
dimana aku harus pindah pesantren dan sekolah tepatnya di Jombang Jawa Timur
masih satu provinsi, dan aku mondok lagi di sebuah pesantren Miftahus Sa’adah dan
bersekolah di SMK UNGGULAN NAHDLATUL ‘ULAMA tepatnya di desa mancilan kecamatan
Mojoagung Kabupaten Jombang, 3 tahun aku menimba ilmu agama dan ilmu umum
bersama teman-temanku yang samapi saat ini masih aku selalu rindukan, menjalani
kehidupan di pesantren saat usia remaja SMK itu menyadarkanku bahwa, aku sangat bersyukur bisa sekolah
sambil mengaji, aku melihat masih banyak teman-teman diluar sana seusiaku yang
sudah tidak ingin belajar agama ataupun mengaji, mungkin allah memiliki rencana
dan skenario yang indah untuk hamba-Nya dan tidak tau kapan waktunya tiba untuk
diriku, tapi aku yakin suatu saat nanti aku bisa memetik atau memanen buah dan
bibit yang aku tanam sejak tinggal di pesantren. Diusia ini lah aku sudah mulai
merasa benar-benar harus bisa menjadi diri sendiri, harus, bisa hidup mandiri
di kota orang. Mengenai kegiatan juga sama seperti di Banyuwangi,tapi
dipesantrenku sekolahnya sampai sore karena SMK nya merupakan sekolah rujukan
Ma’arif se Jawa Timur jadi mau tidak mau harus mau. Sekolah dari jam
07.00-15.00 WIB (ashar) sehabis ahar biasanya ada kegiatan mengaji Kitab Tafsir
jalalain kalau biasanya disebut ngaji bandongan sampai menjelang maghrib tiba,
selanjutnya habis maghrib mengaji al qur’an dan habis isya’ sekolah madrasah
diniyah sampai malam, bangun shubuh dan setiap hari seperti itu kecuali malam
jum’at semua aktivitas libur. Tahun demi tahun berlalu dan aku menginjak dimana
aku berada dikelulusan SMK, dulu aku masih bingung untuk berfikir kedepan
ketika aku lulus mau lanjut kemana? Hanya ada dua jalan yaitu antara kuliah
atau mondok lagi, dulu pondok pesantren yang aku inginkan setelah lulus SMK
nanti yaitu pondok pesantren AL-FALAH didaerah Ploso Mojo Kediri yang terkenal
dengan sebutan pondoknya Gus Miek, untuk masalah kuliah dimana dulu aku belum
memikirkan itu karen masih sangat bingung,. Dan pada akhirnya aku memilih untuk
melanjutkan pendidikan tinggi, yang mana dulu aku ingin menjadi mahasiswa UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA akan tetapi aku gagal waktu di pendaftaran, ahirnya
saya memutuskan kembali untuk mencoba tidak daftar di UIN lagi, waktu menjawab
semuanya dan aku sekarang melanjutkan pendidikan tinggi disalah satu perguruan
tinggi agama islam negeri yaitu IAIN SALATIGA dan mengambil jurusan S1 Ekonomi
Islam, sekarang di semseter 4. Sempat dulu ayahku memarahiku kenapa tidak
mengambil Pendidikan Bahasa Arab saja atau Sekelompok jurusan berbau Tafsir
yang notabennya banyak mahasiswa alumni dan lulusan pesantren, tapi aku mencoba
untuk menjelaskan kepada beliau bahwa aku tidak salah dalam mengambil jurususan
ini aku yakin karena ini merupakan rencana allah yang paling indah. Mengenai
kehidupanku sampai sekarang aku masih tinggal di sebuah pesantren yang bernama
Pondok Pesantren AL-IsHLAH Tingkir Kota Salatiga, banyak yang bertanya kepadaku,
apakah kuat kuliah sambil mengji dipondok? Kuat-kuat saja asalkan kamu yakin
itu dan niat kamu kuliah dengan mengaji, dan aku pun sangat yakin tidak
ada kesusahan ketika diri ini malas
untuk melakukannya selagi masih bisa, tahap demi tahapn dari semester 1-4
alhamdulillah aku bisa me-managemen waktuku antara mengaji, kuliah,
berorganisasi dan mengerjakan tugas perkuliahan, semua sangat enak jika kita mau dan berniat untuk
melakukannya di jalan Allah SWT.
Begitulah
cerita kehidupanku yang didalamnya ada rasa pahit, manis, sedih dan bahagia.
Biodata
Penulis
Aji
Santosa, Lahir Di Purbalingga 30 Maret 1999, S1 Ekonomi Islam di IAIN Salatiga.
Komentar
Posting Komentar